Perantauan
dari Lampung, Petrus Gunawan atau yang biasa disapa dengan Igun Gimbal
merupakan seorang seniman yang telah cukup banyak mengajak orang-orang untuk
bergabung dengan dirinya. Jiwa sosial Mas Igun tumbuh begitu saja, pikiran
kreatif dan darah seniman yang ia miliki tak ingin dia simpan sendiri. Dengan
bermodalkan Rp 5000,- Mas Igun berhasil menyulap cat, minyak dan tanah hasil
hibah dari orang lain menjadi sesuatu yang berharga. Tidak hanya itu, jiwa
sosial yang ia miliki juga telah menyadarkan dirinya. Dia menyewa rumah seharga
Rp 30000/bulannya, untuk tempat tinggal teman-teman seperantauan yang telah
berhasil dia kumpulkan, dan pada saat itu dia berhasil mengumpulkan
teman-temannya sebanyak 12 orang.
“Jadi waktu itu
saya mikirnya, setiap ada yang merantau dan belum berada, saya tampung walau
saya juga masih kurang,” ujar Igun Gimbal.
Jam Hasil Olah dari Kardus dan
Pasir Pantai
Semenjak
itu, Mas Igun mulai memberanikan diri untuk mengikuti berbagai macam
perlombaan, seperti lomba kesenian pahat di Bali, sampai dengan perlombaan
disebuah mall daerah Sidomulyo. Hasil pikiran kreatif dan perlombaan yang
pernah Igun ikuti ini membuat Mas Igun mampu membiayai teman-temannya hingga
tahun 2008.
Peralatan Beserta Limbah yang Akan Di Olah
“Di lomba inilah saya ketemu dengan
mahasiswa UPH (Universitas pelita Harapan). Dia tertarik dengan hasil karya
saya dan mengajak saya bergabung di yayasan sosial Dutasia,” ujarnya.
Dia tertarik
pada tawaran tersebut. Tanpa pikir panjang ia kembali ke Tangerang dan mencoba
untuk bergabung ke Dutasia sebagai volunteer.
“Cuma waktu itu mungkin karena penampilan saya yang
lusuh, acak-acakan gitu. Gimbal lagi. Mereka ragu. Ya sudah saya buktiin aja
kemampuan saya.”
Walau
sempat ditolak, Mas Igun merasa Dutasia merupakan panggilang hidupnya. Mas Igun
pun tak ingin putus asa. Dia membuktikan kepada pihak Yayasan Sosial Dutasia
bahwa dia bisa. Pada akhirnya, kerja keras yang selama ini dia lakukan
membuahkan hasil. Anak-anak semakin antusias terhadap kedatangan Mas Igun.
Kini Mas Igun adalah salah seorang pembina di yayasan
sosial Dutasia, Komplek Harapan Kita, Karawaci, Tangerang. Di Dutasia, ia
khususnya berperan penting dalam bidang pendidikan keterampilan dan kerajinan
tangan dari barang bekas. Selain
mengajar keterampilan, dia juga menjadi instruktur musik, teater, dan puisi.
Di rumah singgah Griya Kreasi Dutasia, Igun tinggal
bersama Istrinya, Martina Nuni dan puteranya, Eginius Kianta. Diluar
pekerjaannya sebagai instruktur seni Dutasia, beliau sering kali juga menerima
panggilan mengajar kewirausahaan. Ternyata, selain mahir mengolah barang bekas
menjadi barang bernilai jual, Mas Igun juga ahli dalam hitung-hitung soal uang dan bisnis.
Pak Dadang Sedang Berkreasi
dengan Kardus Bekas
Pak
Dadang, merupakan salah satu mantan pengamen yang berhasil diajak oleh Mas Igun
untuk bergabung dengannya. Dulu, Bapak empat orang anak ini sempat menjadi
seorang pengamen gerobak keliling selama enam tahun. Pak Dadang bergabung
dengan Mas Igun dan Griya Kreasi Dutasia semenjak Maret 2013 lalu. Walaupun
masih baru, namun Pak Dadang merasa bersyukur dengan kehadiran Mas Igun, karena
berkat Mas Igun hidup Pak Dadang bisa menjadi lebih baik dan bakat seni yang ia
miliki tidak terbuang cuma-cuma.
“Saya
banyak-banyak berterima kasih dengan Mas Gun, karena saya pribadi merasa dibantu,”ujar
Pak Dadang.
“Yang
namanya seni, saya suka. Itu saja,”lanjutnya.
Salah Satu Hasil Kreatifitas Pak Dadang
Kini
Pak Dadang beserta keluarganya sedang menggeluti bidang kesenian, telah banyak
hasil kreasi barang bekas yang telah dia olah dan menghasilkan uang. Tidak
hanya mereka, ibu-ibu warga Sitanala, Komplek Serbaguna, Karang Sari, Tangerang
juga turut serta dalam berkreasi. Hal ini tentunya membawa dampak positif bagi
beliau dan ibu-ibu warga Sitanala, karena dengan begini mereka bisa bebas
berkreasi dan mendapatkan pekerjaan.
“Ibu-ibu
itu bisa dibilang terima kasih sekali dengan adanya ini, yang tadinya dia pada
ngerumpi, sekarang ini sambil ngerumpi,” candanya.(NA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar