Rabu, 21 Januari 2015

Aku, Bukan Aku.

Aku tidak menyalahkan hujan, tidak pula menyalahkan keadaan.
Waktu yang terus berjalan, perlahan membawa tubuh ini melayang.
Jauh...
Terbang tinggi ke langit yang penuh dengan kegelapan.

Apa hubungannya semua kalimat diatas?
Entahlah..
Akhir-akhir ini aku merasa mood-ku kurang baik.
Egoku pun demikian.

Aku juga tak bisa mengutarakan seperti apa keadaanku saat ini.
Tidak bisa mengutarakan seperti apa yang kurasa saat ini.
Aku hanya merasa hati ini seperti diselimuti awan hitam seperti hujan yang turun belakangan ini.
Atau mungkin aku hanya terlalu lelah dengan semua hal yang terjadi belakangan?

Ingin rasanya semua itu hilang, lepas, terbang, melayang..
Aku mencoba, namun gagal.
Aku mencoba, namun tak sepenuhnya ego itu hilang.

Aku..
Tak seperti aku yang selalu merindukan langit.
Tak seperti aku yang merindukan senja.
Tak pula seperti aku yang merindukan jutaan bintang saat malam datang.

Maafkan..
Maafkan semua ego dan rasa ini.

Minggu, 11 Januari 2015

Cerita Tentang Pertemanan

Persahabatan itu rumit. Tapi ga serumit yang kalian bayangin.
Ga serumit rasanya pacaran trus pacar kita ngambek.
Ga serumit saat kita ga dibolehin kesana kesini sama gebetan.

Coba gue tanya, bagian mana yang ngebuat persahabatan itu rumit?
Kalo kita ngejalaninnya dengan ikhlas dan lapang dada, tanpa beban, gue rasa gak akan ada yang namanya rumit.
Sahabat itu gunanya menjaga, memperhatikan, menyayangi.
Sahabat juga selalu ada disaat kamu sedih, kamu bahagia, bahkan saat kamu sedang terpuruk sekalipun.

Kalau kamu mengenal sahabatmu dengan baik, kamu pasti tahu bagaimana caranya membuat mereka bahagia. Tanpa beban sekalipun.
Kalo kamu menyayangi sahabatmu, kamu pasti tidak akan pernah membiarkannya terluka. Sekecil apapun luka itu.
Kalau kamu mengerti seperti apa persahabat itu, kamu akan sangat beruntung dan bersyukur memiliki mereka. Bukan malah sebaliknya.

Sedih saat tahu, dia, seseorang yang selama ini ada bersama kita, dalam hitungan detik, tanpa pikir panjang, langsung memutuskan untuk tidak bersahabatan lagi. (Ceritanya panjang, dan rumit, dan mungkin alasannya dia gak masuk akal. Tapi intinya dia memutuskan untuk menyudahi semuany, bukan malah mempertahankan).
Memutuskan untuk, "Ya, aku bisa berdiri sendiri. Tanpa kalian. Aku akan kembali saat aku bisa membahagiakan kalian."

Sepengetahuanku, aku dan bahkan mereka yang memiliki masalah serupa tidak membutuhkanmu disaat kamu sedang berbahagia. Saja.
Tidak membutuhkanmu, ketika kamu sedang sukses. Saja.
Karena kita semua sama. Kita memulai semuanya bersama, dari nol, dari bawah.
Sedih, senang, luka, bahagia kita rasakan bersama.

Saat gue denger kata-kata itu, ya spechless..
Gatau mau ngomong apa. Ga habis pikir juga. Ternyata segampang itu dia melepas persahabatan yang mungkin bisa dibilang juga udah dianggap sebagai saudara.

Ini kita yang egois, atau dia? Kita yang terlalu mengekang, atau memang dari awal dia ga butuh kita?

Cerita ini didedikasikan untuk mereka yang:
- Mengenal sebuah persahabatan
- Mereka yang memiliki sahabat
- Mereka yang tidak mengenal apa itu persahabatan, dan
- Mereka yang tidak memiliki teman atau sahabat

Semoga kalian semua berbahagia..
Amin.