Acara
yang diselenggarakan oleh seluruh insan penyiaran ini adalah Indonesia
Broadcating Expo (IBX). Indonesia Broadcasting Expo (IBX) merupakan pameran pertama dan terbesar di
Indonesia yang diikuti lebih dari 20 media massa nasional yang berlangsung
hingga sabtu, (20/4) di Balai Kartini, Jakarta. Selain terdapat berbagai macam
pameran, disana kita juga bisa mengikuti workshop
mengenai perkembangan media massa yang ada di Indonesia, mulai dari media cetak
sampai dengan media streaming dan
juga kita bisa mencoba untuk mengebangkan bakat kita di dunia media seperti,
mencoba menjadi seorang presenter, belajar bagaimana caranya menggunakan kamera
untuk meliput, dan sebagainya.
Pada
hari terakhir acara, saya bersama teman-teman pergi mengujungi Balai Kartini
untuk melihat secara langsung seperti apa kegiatan yang ada disana. Saat
melewati pintu masuk kami melihan banyak sekali para mahasiswa dari berbagai
Universitas hadir disana. Walaupun pada saat itu pintu belum dibuka, namun
mereka tetap bersabar menunggu hingga pintunya dibuka.
Tak
lama kemudian, ketika kami hendak berjalan menuju pintu masuk, ternyata
pendaftaran dan acara telah dimulai. Disana kami diberi pilihan untuk mengikuti
berbagai macam jenis workshop. Salah
satu diantaranya adalah “Jurnalistik Radio untuk Kepentingan Publik”. Kami
memilih topik itu untuk menjadi pembahasan kali ini. Tetapi, sebelum acara
workshop dimulai kami menyempatkan diri untuk berkeliling melihat
pameran-pameran yang ada disana.
Setelah
selesai berkeliling, kami langsung menuju ke lokasi workshop, kelas I. walaupun kami datang sedikit terlambat, tetapi
itu semua tidak masalah. Yang penting disana kami dapat mengetahui informasi
yang telah disampaikan. Pembicara yang hadir disana tidak hanya satu, tetapi
banyak dan dari berbagai macam tempat yang berbeda. Ada yang berasal dari
Komunitas Radio, pihak KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), serta orang-orang yang
terlibat dalam penyiaran radio.
Pembicara
yang pertama bernama Imam Musamam. Beliau menjelaskan mengenai apa itu radio?
Radio merupakan sesuatu yang murah, dipancarkan oleh gelombang radio (secara
langsung dan tidak langsung), bersifat auditif, serta portable (sangat mudah
untuk dibawa kemana-mana). Penyiaran yang disampaikan oleh radio juga tidak
boleh sembarangan. Berita yang disampaikan dari radio ke publik harus sesuai
dengan Undang-Undang Penyiaran. Apabila terjadi suatu kesalahan dalam
penyampaian informasi, maka pihak radio berhak untuk dituntut dan harus meralat
semua pemberitaan yang ada yang nantinya akan disertakan dengan surat yang
menyatakan suatu kesalahan. Selain itu, untuk memperbaiki suatu kesalahan,
pihak radio juga bisa mewawancarai langsung pihak yang bersangkutan (pihak yang
merasa dirugikan atas pemberitaan yang salah). Karena minimnya waktu yang
diberikan, Bapak Imam Musamam segera mengakhiri pembicaraanya dengan memberikan
informasi mengenai masalah-masalah umum yang ada pada radio. Tujuannya agar
para penyiar radio tidak melakukan kesalahan tersebut dan berusaha untuk
menjadi seorang penyiar yang baik tanpa harus meniru karya orang lain.
Setelah
itu, pembicaraan berganti kepada Iman Abda. Beliau merupakan perwakilan dari
komunitas penyiaran radio yang berasal dari Bandung dan radio yang menjadi
tempat persinggahanya adalah Radio Rakita di Bandung. Disana beliau menjelaskan
fungsi, tujuan dan kenapa beliau mendirikan radio komunitas ini. Radio
komunitas ini didirikan dari, untuk, dan oleh komunitas untuk memperkuat akses
masyarakat. Selain itu beliau juga memberitahu perbedaan mengenai hal yang
membedakan antara komunitas penyiaran tv dengan radio. Kalau penyiaran televise
komunikasi yang disampaikan kepada masyarakat tidak hanya berupa pesannya saja,
tetapi juga melalui tindakan. Ada suatu bukti berupa gambar yang ditayangkan.
Sedangkan komunitas penyiaran radio, penyampaianya lebih kepada bentuk cerita
yang membangkitkan daya khayal masyarakat. Selain itu, lokalitas yang
dimilikinya pun luas.
Selesai
membagi pengalamanya kepada kami semua, kemudian microfon berpindah tangan kepada Bapak Ghaib Maruto Sigit yang
merupakan Station Manager Trijaya FM. Beliau akan membawakan sebuah topik
singkat mengenai Partisipasi Radio dalam Pelayanan Publik. Sebelum menjabat
sebagai Station Manager di Trijaya FM, sekitan tahun 2000an beliau sempat
menjadi seorang reporter radio bersama rekanya yang juga hadir disana saat itu,
Bapak Iswandi.
Dahulu,
media streaming tidak begitu diperlukan oleh public bahkan lembaga-lembaga
kenegaraan karena media streaming tidak seperti media cetak dan televisi yang
bisa menghasilkan gambar dalam setiap pemberitaannya. Tetapi sekarang,
pemberitaan radio sudah mulai berkembang dan di anggap dimasyarakat. Peran
radio saat ini juga penting bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat pedalaman
yang tidak bisa menerima siaran TV. Radio sangat membantu masyarakat pedalaman
dalam menerima informasi termssuk jika ada pertandingan sepak bola yang
disiarkan secara langsung dan yeng terakhir pembicaranya adalah Bapak Iswandi
yang merupakan bagian dari Komisi Penyiaran Indonesia yang memberikan
pengarahan mengenai kode etik jurnalistik.
Acara
workshop tersebut diakhiri dengan
sesi tanya jawab serta pemberian penghargaan kepada para pembicara. Setelah
kelas dibubarkan, kami menyempatkan diri untuk kembali mengitari pameran yang
semakin siang semakin dipadati oleh pengunjung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar