Senin, 25 November 2013

Pertemuan Singkat Itu, Membuat Aku Merindukannya . .

Tatapan mata itu, aku ingin menatapnya lebih lama lagi. Aku ingin mendengar suara itu lagi. 
Tak ada yang berubah. Dia masih tetap sama. Dingin. 
Hanya senyum dan tatapanya yang berubah. Aku. . Aku merindukannya. 

"Eh Zan," sapaku dengan cepat. Perlahan semua berubah. Hening. 
"Engg. .", nadaku bergetar, berusaha mencari kata yang tepat untuk dibicarakan. 
"Ada apa?" Tanyanya dengan dahi mengkerut. 
"Engg. . Buku kamu gimana? Aku mau balikin buku kamu yang aku pinjam waktu itu". Akhirnya aku berhasil menemukan kalimat yang tepat. Thanks god! 
Dia tersenyum ramah,"kenapa lagi sama bukunya?". 
"Iya aku mau balikin ke kamu, kan itu punya kamu". 
"Udah, kamarin kan udah jelas. Itu buat kamu". Jawabnya dengan wajah tersenyum. 

Perlahan dia menghilang dari padanganku. Dia meninggalkan setiap jejak dalam ingatanku. 
Senyumnya, matanya, aku tak bisa melupakannya.
Pertemuan singkat itu, membuat aku merindukanya. 

Senin, 18 November 2013

Desainer Cilik dengan Segala Keterbatasannya


Beberapa waktu yang lalu saya berkunjung ke rumah saudara saya yang berada di daerah Pondok Gede, Bekasi. Tujuan kedatangan saya adalah untuk mengenal lebih dekat siapa Rafi.

Rafi Abdurrahman Ridwan lahir pada 20 Juli 2002. Sang Khalik telah menetapkan dia terlahir sebagai bayi yang tidak dapat mendengar. Rafi terlahir sebagai seorang Tuna Rungu (profoundly deaf). Tidak hanya itu, pada awal fase kehidupannya Allah belum mengizinkan Rafi untuk dapat melihat dengan sempurna.

Baru sekitar usia 4 bulan penglihatan Rafi perlahan mulai bekerja. Alhamdulillah pada usia 8 bulan Rafi dinyatakan sehat untuk kondisi matanya.

Rafi benar-benar berjuang untuk tumbuh sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna. Dari mulai perjuangan untuk bisa berjalan dengan baik, melewati pengobatan untuk saluran pencernaan, saluran pernafasan, sampai dengan indra perasanya pernah dia lalui. Perjuangan terberat Rafi  dimulai sejak usia 0 sampai 3 tahun pertama kehidupannya.

Segala penyakitnya berawal ketika Rafi masih berada di dalam kandungan sang Ibunda, beliau terkena virus Rubella Kongenitalis. Rubella Kongenitalis adalah suatu infeksi oleh virus penyebab Rubella (campak Jerman) yang terjadi ketika bayi berada di dalam kandungan dan bisa menyebabkan cacat bawaan. Istilah Jerman tidak ada hubungannya dengan Negara Jerman, tetapi kemungkinan berasal dari bahasa Perancis kuno “germain” dan bahasa Latin “germanus”, yang artinya adalah mirip atau serupa. Sebelum ditemukan, vaksin Rubella pada tahun 1969, wabah Rubella terjadi setiap 6-9 tahun. Wabah terutama menyerang anak-anak yang berusia 5-9 tahun dan dewasa, tetapi ada juga kasus yang menyebabkan Rubella Kongenitalis. Saat ini, setelah pemakaian vaksin Rubella, kasus Rubella Kongenitalis telah menurun secara dramatis dan hampir jarang terjadi.

Sampai pada akhirnya, di penghujung 2009 Allah memberikan Rafi kesempatan untuk selalu bersyukur, tabah dan kuat dalam menjalani episode kehidupannya. Rafi didiagnosa memiliki kelainan yang cukup langka. Rafi memiliki kelainan pada jaringan organ vitalnya. Pada tahun 2010 Rafi berencana menjalani operasi untuk kelainannya tersebut. Operasi akan dilakukan oleh tim dokter di Singapura.

 Awal mula karier Rafi menjadi seorang desainer cilik berawal dari kecintaanya terhadap ikan. Darisana ia mulai menggambar ikan dan kehidupan bawah laut. Baru kemudian saat usianya menginjak 3 tahun ia menonton film “Ariel and Little Mermaid” dan kemudian dia kaget, “oh, ternyata ikan yang selalu ia gambar dan koleksi ada putrinya dan kerajaanya,” cerita sang bunda. Kemudian darisana Rafi mulai menggambar sosok Ariel, tidak hanya ikan.

Saat TK, Rafi bersekolah di SLB (Sekolah Luar Biasa) Playgroup Santi Rama. Disana Rafi mulai diajarkan akan sesuatu hal yang pantas dan tidak pantas yang pada akhirnya dia mulai berpikir mengenai sosok Ariel dan bertanya kepada sang bunda, “mama, kenapa Ariel kalau berpakaian tidak pernah sopan?” tanya Rafi. Karena minimnya bahasa yang dapat diterima Rafi saat itu, akhirnya sang bunda memerintahkan Rafi menggambar pakaian untuk Ariel.

 Film Ariel and Little Mermaid itulah yang pertama kali menjadi inspirasi Rafi untuk menggambar. Selain itu ada juga Agustia Susastro yang ikut menginspirasi Rafi, bahwa seorang desainer tidak hanya seorang perempuan, tetapi laki-laki juga bisa menjadi seorang desainer. Kemudian, Rafi bertemu dengan Barli Asmara. Barli Asmara bisa dibilang sebagai seseorang yang pertama kali membukakan pintu kesempatan untuk Rafi untuk bisa berkarya dan yang terakhir ada Lia Chandra yang telah mewujudkan mimpi Rafi untuk mendirikan acara Fashion Show terbesar di Indonesia.

Selain bersekolah di SLB Santi Rama, Rafi juga belajar di TK umum Tunas Mutiara. Tujuan Rafi masuk sekolah umum agar dia bisa belajar seperti anak-anak yang lainnya dan membuktikan bahwa setiap manusia itu sama dan tidak ada yang berbeda. Hanya saja tergantung semangat dan kemauan kita untuk berusaha. Tidak ada suatu kendala dalam hal pelajaran, hanya saja Rafi kesulitan menerima materi karena minimnya bahasa yang ia terima. Setelah dua tahun lamanya Rafi mengikuti sekolah khusus dan umum tersebut, kemudian Rafi dimasukkan ke Home Schooling Kak Seto. Barulah kemudian pada saat kelas 4 Rafi kembali lagi bersekolah di SLB Santi Rama.

Kedekatan Rafi dengan teman-temannya sangat baik, bahkan Rafi selalu membantu temanya apabila ada kesulitan. Sikap setia kawan yang ia tunjukkan begitu murni dari hatinya. Dia selalu ingin memberikan sesuatu yang terbaik untuk teman-temannya. Pernah suatu ketika, pada saat Rafi akan diwawancarai oleh suatu stasiun televisi, Rafi mempunyai satu buah permintaan yaitu dia ingin agar teman-teman satu sekolahnya dapat melihat interview dia secara langsung, sekalipun dia tidak mendapat bayaran. Akhirnya pihak stasiun televisi itu mengerti dan memenuhi permintaan Rafi. Selalu ada hidayah yang dapat memudahkan semuanya. Dengan hadinya teman-temannya ini pula, sifat pemalu Rafi menjadi sedikit berkurang dan berkat teman-temannya juga Rafi menjadi percaya diri. Selain itu, Rafi juga sering mengundang anak-anak yatim piatu kerumahnya hanya untuk sekedar bermain dan berbuka puasa bersama.

Pada Juli 2011, Rafi berniat untuk mengadakan acara Fashion Show pertamanya yang bertepatan dengan hari bahagia dia. Rafi ingin memberikan sesuatu yang spesial dihari yang spesial pula, agar kenangan tersebut dapat selalu diingat. Pada acara ulang tahunnya yang ke-9 tersebut, Rafi menampilkan 7 koleksi desainnya dengan tema Harazuku. Acara yang diadakan di Plaza Indonesia ini juga banyak didukung oleh artis-artis ternama di Indonesia seperti Reza Rahardian, Kak Seto, dan masih banyak lagi. Sedangkan Barley Asmara, beliau dipercaya untuk mengurusi segala sesuatu mengenai acara Fashion ini.


Desain pertama Rafi


Rafi diberikan bunga oleh Kak Seto sebagai ucapan selamat

Setelah sukses dengan acara Fashin pertama tersebut, Rafi tidak mau menyerah dan berhenti sampai disana saja. Rafi masih ingin terus berkarya hingga semua yang ia cita-citakan dapat terwujut. Bagai tertimpa durian runtuh, atas izin-Nya Rafi dapat kembali menggelar acara Fashion Show. Acaranya kali ini tidak main-main. Ini adalah acara Fashion terbesar yang pernah Rafi terima di dalam hidupnya. Pada bulan Oktober 2011, Rafi di tawari oleh Lia Chandra untuk menggelar Fashion Show di Jakarta Fashion Week.


Rafi bersama Lia Chandra di Jakarta Fasion Week


Desain baju Rafi di acara Jakarta Fashion Week

Segala macam persiapan telah Rafi siapkan. Mulai dari desain sampai dengan bahan-bahan yang diperlukan. Terkadang, dalam semua persiapan yang dilakukan ini, Rafi banyak mendapati kendala, terutama pada pemikiran, persepsi yang diterima. Selain itu, kendala bahasa masih menjadi permasalahan utama. Pernah suatu ketika bahan yang digunakan tidak cocok dengan desain baju yang ia buat. Sang Bunda memberitahukan hal tersebut kepada Rafi, tetapi ia tidak percaya sebelum dia mencoba dan melihatnya secara langsung. Rafi juga sangat memperhatikan detail dari setiap baju yang ia buat. Pada acara Jakarta Fashion Week ini Rafi mempersiapkan 24 koleksi terbaru dengan tema “Batik”. Uniknya Rafi itu, dia selalu ingin membuat dan menampilkan segala sesuatu yang merupakan ciri khas kain Indonesia. Alhamdulillah untuk kedua kalinya Rafi telah sukses dengan acara Fashion Show ini.

Tahun pun telah berganti, tetapi rasa cinta Rafi terhadap dunia fashion semakin hari semakin besar. Telah banyak gambar dan desain yang telah ia buat. Dimanapun, kapanpun dia berada, kertas dan pensil warna tidak pernah tertinggal di dalam tasnya.


Rafi selalu menggambar disela-sela kegiatannya

Pada Juli 2012 Rafi kembali mengadakan Fashion Show ketiganya yang bertepatan pula dengan hari anak Indonesia. Fashion Show kali ini didukung oleh Hijabers Mom Community. Karena hari itu merupakan hari yang spesial, Rafi mempunyai ide untuk mendesain pakaian untuk anak-anak yang spesial pula. Anak-anak ini merupakan anak-anak yang juga memiliki keterbatasan dalam berbicara dan mendengar.


Desain baju anak-anak di acara Fashion ke-3

 Kemudian acara Fashion show yang terakhir diadakan di Australia, Melbourne dimana Rafi merupakan perwakilan dari dinas pariwisata untuk mengikuti lomba Fashion Show ini. Disini Rafi menampilkan desain baju untuk anak-anak dan dewasa dan tak lupa dengan ciri khas Indonesia.

Saat ini, Rafi sedang sibuk untuk mengurusi persiapan Fashion Show pada bulan Juni mendatang yang rencananya akan diadakan di tentatif Gelora Bung Karno. “Rafi mau Fashion Show di Paris. Rafi suka sekali menggambar, suka sekali menjadi desainer,” ucapnya dengan penuh percaya diri.

Jurnalistik Radio untuk Kepetingan Publik


Acara yang diselenggarakan oleh seluruh insan penyiaran ini adalah Indonesia Broadcating Expo (IBX). Indonesia Broadcasting Expo (IBX)  merupakan pameran pertama dan terbesar di Indonesia yang diikuti lebih dari 20 media massa nasional yang berlangsung hingga sabtu, (20/4) di Balai Kartini, Jakarta. Selain terdapat berbagai macam pameran, disana kita juga bisa mengikuti workshop mengenai perkembangan media massa yang ada di Indonesia, mulai dari media cetak sampai dengan media streaming dan juga kita bisa mencoba untuk mengebangkan bakat kita di dunia media seperti, mencoba menjadi seorang presenter, belajar bagaimana caranya menggunakan kamera untuk meliput, dan sebagainya.

Pada hari terakhir acara, saya bersama teman-teman pergi mengujungi Balai Kartini untuk melihat secara langsung seperti apa kegiatan yang ada disana. Saat melewati pintu masuk kami melihan banyak sekali para mahasiswa dari berbagai Universitas hadir disana. Walaupun pada saat itu pintu belum dibuka, namun mereka tetap bersabar menunggu hingga pintunya dibuka.

Tak lama kemudian, ketika kami hendak berjalan menuju pintu masuk, ternyata pendaftaran dan acara telah dimulai. Disana kami diberi pilihan untuk mengikuti berbagai macam jenis workshop. Salah satu diantaranya adalah “Jurnalistik Radio untuk Kepentingan Publik”. Kami memilih topik itu untuk menjadi pembahasan kali ini. Tetapi, sebelum acara workshop dimulai kami menyempatkan diri untuk berkeliling melihat pameran-pameran yang ada disana.

Setelah selesai berkeliling, kami langsung menuju ke lokasi workshop, kelas I. walaupun kami datang sedikit terlambat, tetapi itu semua tidak masalah. Yang penting disana kami dapat mengetahui informasi yang telah disampaikan. Pembicara yang hadir disana tidak hanya satu, tetapi banyak dan dari berbagai macam tempat yang berbeda. Ada yang berasal dari Komunitas Radio, pihak KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), serta orang-orang yang terlibat dalam penyiaran radio.

Pembicara yang pertama bernama Imam Musamam. Beliau menjelaskan mengenai apa itu radio? Radio merupakan sesuatu yang murah, dipancarkan oleh gelombang radio (secara langsung dan tidak langsung), bersifat auditif, serta portable (sangat mudah untuk dibawa kemana-mana). Penyiaran yang disampaikan oleh radio juga tidak boleh sembarangan. Berita yang disampaikan dari radio ke publik harus sesuai dengan Undang-Undang Penyiaran. Apabila terjadi suatu kesalahan dalam penyampaian informasi, maka pihak radio berhak untuk dituntut dan harus meralat semua pemberitaan yang ada yang nantinya akan disertakan dengan surat yang menyatakan suatu kesalahan. Selain itu, untuk memperbaiki suatu kesalahan, pihak radio juga bisa mewawancarai langsung pihak yang bersangkutan (pihak yang merasa dirugikan atas pemberitaan yang salah). Karena minimnya waktu yang diberikan, Bapak Imam Musamam segera mengakhiri pembicaraanya dengan memberikan informasi mengenai masalah-masalah umum yang ada pada radio. Tujuannya agar para penyiar radio tidak melakukan kesalahan tersebut dan berusaha untuk menjadi seorang penyiar yang baik tanpa harus meniru karya orang lain.

Setelah itu, pembicaraan berganti kepada Iman Abda. Beliau merupakan perwakilan dari komunitas penyiaran radio yang berasal dari Bandung dan radio yang menjadi tempat persinggahanya adalah Radio Rakita di Bandung. Disana beliau menjelaskan fungsi, tujuan dan kenapa beliau mendirikan radio komunitas ini. Radio komunitas ini didirikan dari, untuk, dan oleh komunitas untuk memperkuat akses masyarakat. Selain itu beliau juga memberitahu perbedaan mengenai hal yang membedakan antara komunitas penyiaran tv dengan radio. Kalau penyiaran televise komunikasi yang disampaikan kepada masyarakat tidak hanya berupa pesannya saja, tetapi juga melalui tindakan. Ada suatu bukti berupa gambar yang ditayangkan. Sedangkan komunitas penyiaran radio, penyampaianya lebih kepada bentuk cerita yang membangkitkan daya khayal masyarakat. Selain itu, lokalitas yang dimilikinya pun luas.

Selesai membagi pengalamanya kepada kami semua, kemudian microfon berpindah tangan kepada Bapak Ghaib Maruto Sigit yang merupakan Station Manager Trijaya FM. Beliau akan membawakan sebuah topik singkat mengenai Partisipasi Radio dalam Pelayanan Publik. Sebelum menjabat sebagai Station Manager di Trijaya FM, sekitan tahun 2000an beliau sempat menjadi seorang reporter radio bersama rekanya yang juga hadir disana saat itu, Bapak Iswandi.

Dahulu, media streaming tidak begitu diperlukan oleh public bahkan lembaga-lembaga kenegaraan karena media streaming tidak seperti media cetak dan televisi yang bisa menghasilkan gambar dalam setiap pemberitaannya. Tetapi sekarang, pemberitaan radio sudah mulai berkembang dan di anggap dimasyarakat. Peran radio saat ini juga penting bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat pedalaman yang tidak bisa menerima siaran TV. Radio sangat membantu masyarakat pedalaman dalam menerima informasi termssuk jika ada pertandingan sepak bola yang disiarkan secara langsung dan yeng terakhir pembicaranya adalah Bapak Iswandi yang merupakan bagian dari Komisi Penyiaran Indonesia yang memberikan pengarahan mengenai kode etik jurnalistik.

Acara workshop tersebut diakhiri dengan sesi tanya jawab serta pemberian penghargaan kepada para pembicara. Setelah kelas dibubarkan, kami menyempatkan diri untuk kembali mengitari pameran yang semakin siang semakin dipadati oleh pengunjung.

Roemah Hati Tanpa Batas Ruang Hati


Keramaian kota Jakarta, aktivitas dari mulai pagi hingga larut malam semua ada di Jakarta. Banyaknya anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak menggerakkan Octarita Rosana beserta teman-teman seperjuangannya untuk mendirikan Roemah Hati. Roemah Hati merupakan suatu aktivitas sosial yang dilakukan oleh anak-anak muda yang mempunyai kerinduan untuk menjadi berkat dalam jawaban bagi orang banyak, terutama bagi anak-anak jalanan yang layak untuk mendapatkan pendidikan. Kata “Roemah Hati” ini sendiri merupakan simbol bahwa Octa beserta seluruh rekannya dapat menampung banyak orang tanpa batas di dalam hati.


Roemah Hati sudah berdiri sejak 5 tahun yang lalu yang dibentuk dan didirikan oleh Octa sendiri. Dia juga mengajak beberapa temannya untuk ikut bergabung di Roemah Hati ini. Lokasi Roemah Hati berada di Jalan SetiaKawan, Roxy, Jakarta Barat.

  

Lokasi Belajar Roemah Hati

Selain Octa, masih ada Jesica, Ibu Rina dan Chastine yang ikut serta untuk mengajar disana. Walaupun mereka masih kekurangan tenaga pengajar, tetapi mereka harus mencukupkan tenaga pengajar yang ada. Tidak hanya itu, mereka semua yang mengajar disana tulus dari hati tanpa meminta bayaran sepeserpun. Seperti nama pondokan yang telah mereka berikan, “Roemah Hati”.

Roemah Hati juga terbuka untuk umum, siapa saja boleh datang dan ikut serta untuk mengajar disana. Octa, guru-guru, beserta seluruh anak didiknya akan merasa sangat senang apabila ada orang baru yang datang dan ikut serta di dalam kegiatannya.

 Suka Duka dalam Roemah Hati

Dalam mendirikan Roemah Hati, banyak kendala yang Octa dan teman-temanya alami. Tidak hanya dari sisi mengajar, tetapi juga dari tempat mereka untuk mengajar. Octa mengaku mereka telah sering berpindah-pindah tempat mengajar dikarenakan rumah yang mereka kontrak msa berlakunya telah habis. Mencari lokasi dan tempat yang layak juga merupakan suatu kesulitan tersendiri yang mereka hadapi.

Selain dari sisi tempat singgah, Octa beserta guru-guru yang lainnya juga mendapati kesulitan dalam mengajar anak-anak jalanan. Terkadang materi yang diberikan oleh para pengajar kepada murid-murid sulit dimengerti serta sulit untuk diterima dengan baik. Tetapi, walaupun demikian, perkembangan mereka dalam belajar cukup memuaskan. Setidaknya, apa yang telah Octa dan guru-guru lainnya berikan tidak sia-sia.   

 

Anak-Anak yang Belajar di Roemah Hati